Pada tanggal 20 Juli lalu telah dilaksanakan sosialisasi oleh mahasiswa KKN UGM and UNSOED tentang pencemaran lingkungan, pemilahan sampah, dan upaya penanganan sampah organik dan anorgank. Upaya penanganan sampah yang diberikan berupa ecobrick untuk sampah anorganik dan pupuk kompos organik dengan tiga metode yang berbeda.
Sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
- Sampah organik, adalah sampah yang berasal dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan, manusia, atau tumbuhan.
- Sampah anorganik, adalah sampah produk olahan yang sulit atau tidak dapat diurai secara alami seperti plastik, pecahan kaca, kardus, dan lain-lain.
- Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), adalah sampah yang memiliki salah satu dari karakteristik berikut : mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain,
Pembuatan kompos organik memerlukan beberapa bahan, yaitu
- Tanah dan dedaunan kering yang berasal dari bawah pohon besar dengan keadaan sudah cukup hancur (leafmold).
- EM4
- Molasses (tetes tebu) atau dapat digantikan oleh gula.
- Sampah Organik
Metode pertama dapat adalah kompos organik dengan produk akhir kompos padat, pada metode ini dapat menggunakan karung atau alat lain sebagai media. Pada karung diisikan tanah lalu dedaunan kering lalu diberikan campuran EM4, molasses, dan air. Terakhir ditutupi lagi oleh tanah, apabila ingin ditambahkan dedaunan kering lagi diatasnya maka perlu diberikan campuran EM4, molasses, dan air lagi dan ditutupi lagi oleh tanah. Kompos akan jadi dalam waktu 2 minggu, disarankan untuk memberikan lubang pada bagian bawah karung agar apabila karung terdiri dari beberapa lapisan kompos maka kompos tertua dapat diambil terlebih dahulu. Kekurangan dari metode in adalah apabila diberikan limbah dapur yang basah, maka akan merembes keluar.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat dilakukan metode kedua, yaitu metode ember tanam. Pada metode ini ember diberikan lubang pada bagian bawah agar air dari limbah dapur dapat langsung ke tanah. Diberikan juga lubang pada tinggi 3/4 ember. Ember dikubur akan tetapi tidak menutupi lubang pada tinggi 3/4 ember. Ember dapat diisikan tanah, dedaunan kering, dan sampah dapur lalu diberikan campuran EM4, molasses, dan air terakhir ditutupi oleh tanah lagi. Selanjutnya hanya tinggal tutupi ember hingga kompos jadi dalam waktu 2 minggu. Apabila ingin menambahkan lapisan kompos baru, perlu diberian campuran EM4, molases, dan air lagi. Pada metode ini air rembesan akan langsung diserap oleh tanah disekitar ember, bagaimana apabila air rembesan ingin digunakan ditempat lain?
Apabila menginginkan air rembesan yang juga kaya akan unsur hara dan nutrisi ditempat lain, dapat digunakan metode ketiga, yaitu metode ember tumpuk. Pada metode ini diperlukan dua buah ember. Ember pertama akan digunakan untuk menampung limbah organik seperti pada 2 metode sebelumnya. Ember kedua akan digunakan untuk menampung air rembesan agar dapat digunakan sebagai kompos organik cair. Pada ember pertama perlu diberikan lubang-lubang kecil, tidak terlalu besar sehingga sampah organik tidak terjatuh, hanya cukup besar agar air dapat mengalir. Ember pertama akan ditumpukkan diatas ember kedua, untuk memperbesar kapasitas ember kedua, dapat dilakukan dengan cara melubangi tutup ember kedua dan memasangkan frame dari tutup tersebut di ember pertama. Ember pertama akan diisi oleh dedaunan, limbah dapur, dan campuran EM4, sama seperti kedua metode sebelumnya. Pada metode ini limbah yang basah akan menghasilkan cairan atau air lindi, air tersebut akan tertampung pada ember kedua dan dapat dipanen sebagai kompos organik cair. Kompos perlu didiamkan selama kurang lebih 2 minggu. Setelah kompos organik cair dipanen disarankan untuk mendiamkan cairan tersebut dalam botol dengan lubang pada tutupnya hingga warna cairan berwarna hitam. Apabila cairan sudah berwarna hitam maka sudah dapat digunakan.